HANA DWI SEPTIA DEWANTARI
Sahabat yang tiada duanya
Bagaimana tak, saat tiap tetes airmataku jatuh saat itulah bahunya selalu ada untukku.
Sayangnya ada saat ia tak ada, tak sediakan bahu nyamannya untuk tempat airmataku menetes. Itulah saat ini, saat ia benar benar pergi dan jauh dari sisi.
Aku tak sebaik dia tapi dia tak pernah lelah bersabar saat aku marah.
Aku tak selembut dia tapi dia tak pernah berhenti menyanjungku saat aku terpuruk begitu dalamnya.
Dan aku tak sekuat dia tapi dia tak pernah berhenti membuatku berhenti merasa lemah dan rapuh, yang selalu meyakinkanku bahwa aku bisa dan aku sanggup.
Percayalah, aku menulis ini dengan penuh kesedihan dan air mata.
Mengingat setiap detik yang aku sia siakan saat bersamanya.
Aku tak bermaksud menghianatinya, aku hanya menyesal.
Mengapa harus aku campakkan ia dahulu kala? Saat aku mempunyai banyak malaikat baru, dan susana yang sebenarnya tak bisa aku nikmati seperti aku menikmati bahumu.
Bahu paling nyaman yang pernah dihinggapi airmataku.
Kamu,
Yang selalu mengerti aku sekemampuanmu.
Berulang kali makian aku terima dari lidahku sendiri, memohon kepada Tuhan untuk mengulang waktu dimana aku bisa menyisir rambut indahmu, membelai pipimu jika kau sedang menangis , merangkulmu dengan sepuas hatiku.
Aku sedang menangis saat ini mengenangmu sahabat.
Mengapa dan mengapa harus secepat ini .
Adakah waktu luangmu yang kau berikan kembali untukku?
Sahabatmu.
Kapan lagi kau akan menjadi saudara sekaligus sahabatku yang selalu kau sisakan waktumu saat aku benar benar tak ada tempat untuk bersandar lagi?
Maafkan aku, aku tak berubah dan masih seperti dahulu, kau yang mengenalku. Dan aku begitu merindukanmu .
 |
Bersama hujan |
 |
Menunggu pelangi |
 |
Ditemani sakura kuning |
 |
Tertidur dengan Awan |
 |
Ciuman kasih sayang untuk Awan |
 |
Menikmati pemandangan |
 |
Mencoba Ice cream buatanku :) |