aku sendiri juga tak seberapa tahu mengapa jarak memisahkan kita .
awalnya aku tak merasa keberatan, karena di sepanjang jalan aku masih bisa memegangmu erat. mendengarkan kata kata manismu ; aku mau terus bersanding dengan mu, aku mau menerima segala kekuranganmu. entah apalagi yang kau katakan karena aku terlalu menikmati perjalanan kita yang begitu terik, bising. aku benar benar menikmati. dan kata terakhir yang bisa aku dengar adalah ; aku mencintaimu. aku diam. kau ulangi ; aku mencintaimu. aku tertawa kecil. andai kau tahu dalam hati aku menjawab betapa aku sangat mencintaimu hingga aku tak tahu harus berkata apa supaya kau benar benar tahu.
kemudian aku hanyut dalam duka, seketika . karena begitu sedihnya aku tak bisa lagi menatap matamu, aku tak bisa berkata kata, aku hanya merasa tak rela meninggalkanmu.
hingga tiba saatnya aku benar benar berlalu, bersalaman dan saling mencium tangan, aku masih tak mampu melihatmu dalam dalam. aku mencoba kuat, terakhir kali yang bisa aku lakukan hanya melambaikan tangan. dalam hati aku berkata ; jagalah hatinya ya Allah .
olehmu aku tak boleh menangis, tandanya aku lemah. kau benar benar tak suka.
hanya kalau boleh jujur pipiku telah basah, pandanganku tak jelas, otak ku mengulang kembali pertemuan terakhir kita sebelum bertemu lagi di awal bulan baru. jadi air mata ini untuk mengenangmu, mengenang saat saat terakhir mata kita saling bertemu.
rupanya begini susahnya menahan nyeri rindu sendirian?
sedang aku tak tahu ia disana berbuat apa. yang aku tahu ia bisa menjaga perasaanku. ia bisa menjaga hatinya. selebihnya, aku benar benar buta. mudah mudahan tak ada sedikitpun keraguan ada padanya, aku tak akan kemana mana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar