suatu ketika aku pernah mendengar playlist suara seorang lelaki berbicara..
"ajari aku menggunakan pena, akan ku tulis gemercik air,udara dingin, kabut senja, sampai daun gugur. Gadis hujan, kau tahu aku selalu berdoa semoga tak bertemu gadis satu almamater, bilapun bertemu aku selalu berharap itu di dunia luar, tidak saling mengetahui asal-usul kita. lalu sama sama tertawa saat tau kita ternyata satu almamater. kau tahu, aku tidak pernah mencari seorang gadis satu almamater, bangku sekolah ini terlalu arogant, terlalu keras, dan terlalu melangit. seringkali memandang begitu jauh hingga lupa apa yang ada didekat, seringkali melihat dari atas dan lupa bahwa kita sejajar mata. aku tidak mencari tapi seperti dulu aku bilang, jangan jakarta, nyatanya aku justru hidup ditengah tengahnya. mungkin benar kata orang, hati hati terhadap kata-kata sendiri. bilasaja kita bertemu didalam almamater sana, mungkin aku sama sekali tidak memikirkanmu.
sayangnya, ceritanya tidak begitu.
kita harus bertemu dikala hujan, saat kita sama-sama kalah oleh dingin dan basah air, saat kita harus bersembunyi dibawah atap-atap yang melindungi kita oleh kejaran hujan, kita bertemu. pertemuan pertama."
